Film seni bela diri ialah utama sinematik. Siapa yg tidak senang melihat orang dewasa saling memukul selama 2 jam? genre ini pertama kali melonjak pada 1970-an, serta untungnya, kita sudah melihat seberapa jauh koreografi konflik sudah berkembang semenjak ketika itu. dari film Bruce Lee yg legendaris namun terlihat agak canggung hingga film tiruan Amerika yang diedit berlebihan hingga koreografi aksi Donnie Yen yg luar biasa, film seni bela diri Indonesia tersebut telah berkembang pesat selama bertahun-tahun.
Bintang seperti Jet Li, Jackie Chan, Chow Yun Fat, dan Yen semuanya sudah membantu mengabadikan cinta Amerika buat Hong Kong, film kung-fu. Film mirip Hero, Rumble in the Bronx, Crouching Tiger, Hidden Dragon, serta Ip Man semuanya telah memutuskan standar buat film seni bela diri terbaru serta semuanya berhasil menggunakan baik menggunakan penonton Amerika. Mereka menampilkan permasalahan yg dikoreografikan menggunakan baik, dan mereka memasukkan formula yg telah bekerja sangat baik untuk film seni bela diri pada memuaskan kebutuhan kita untuk menonton orang bermain judi online.
Iko Uwais membawa arti baru pada kata kekerasan
Masuklah aktor Indonesia Iko Uwais. Uwais membantu mengantarkan evolusi terbaru ke film seni bela diri dengan adegan aksi brutal yang sangat brutal dan memakan saat lama . setelah memikat penonton menggunakan The Raid serta The Raid dua, kami seluruh menginginkan lebih poly Uwais serta film aksi menggunakan ilmu tari yang lebih rapi. tampaknya itulah yg akan kita dapatkan.
Baru-baru ini, ia ikut membintangi film thriller Peter Berg/Mark Wahlberg keempat Mile 22 sebagai polisi pembunuh brutal, penjahat, bertindak sebagai satu-satunya momen yang menyenangkan dari film tersebut. Selain itu, ia akan menjadi lawan main dalam Stuber yang dipimpin oleh Kumail Nanjiani, bintang aksi yang dikemas dengan Triple Threat, dan seperti yang dilaporkan oleh Variety, ia akan memimpin serial Netflix-nya sendiri, Wu Assassins. Masa depan cerah bagi Uwais karena dia perlahan-lahan merayap masuk lebih dalam ke Hollywood.
Dia tidak pernah pulang ke sekolah drama. sebaliknya, ia menghabiskan waktunya buat menguasai pencak silat Indonesia sambil berjualan ponsel untuk mencari nafkah. Suatu hari, saat sedang berlatih, Uwais didekati sang seorang sineas kulit putih berasal Inggris bernama Gareth Evans yg sedang syuting film dokumenter wacana silat. terpesona oleh penguasaan silat Uwais dan karisma alami di layar, Evans mencari Uwais buat membentuk film aksi yang merayakan seni bela diri sejarah Indonesia. Sisanya adalah sejarah.
Selain itu, menjadi koreografer, Uwais menetapkan standar tinggi buat film seni bela diri. buat bersaing, penghasil film harus mencocokkan talenta Uwais dengan urutan aksi yg sama-sama mengesankan serta sinematografi dan pengeditan yang cerdas. kentara bahwa aksi inferior itu membosankan dan menyebalkan, jadi semoga Uwais menginspirasi lebih poly pembuat film buat berkembang serta membuat film aksi yang komprehensif.
Kami tentu bersemangat buat lebih poly film aksi silat buat menghiasi layar perak. Ini ialah seni bela diri yang tepat untuk bioskop. Ini keras serta menggaruk gatal primordial yg poly dari kita miliki. Selanjutnya, Uwais, menjadi seorang praktisi master silat dan aktor yg semakin terampil, ialah kendaraan yg sempurna buat membawa kita film aksi yang lebih baik. Seiring Uwais terus menemukan tempatnya pada Hollywood dan penghasil film terus menghasilkan film aksi dengan cara yg komprehensif dan inovatif, kita bisa mengharapkan genre aksi buat terus meningkat.